Minggu, 31 Mei 2009

Mengubah yang bernuansa individual menjadi universal

perihal KALAH yang kuposting April lalu, ternyata menuai berbagai tanya. Pesan singkat antre untuk kubaca menanggapi KALAHku. Rata-rata temanku sangat peduli dan sayang padaku. Mereka mengkhawatirkan jangan-jangan aku tergelincir pada hal bodoh yang bersentuhan dengan perselingkuhan atau zina (jauhkan aku dari hal-hal jelek ya Allah).

Kupikir-pikir, kata-kataku yang mana ya yang menyebabkan teman-teman berpikir macam itu? Oalah.. diksiku ternyata ambigu, multitafsir, dan ditafsirkan nyleneh sama temanku.. Sebenarnya itu peristiwa yang individual sekali.. aku marah-marah karena bagian kurikulum tidak mau mengganti biaya fotokopi soal untuk latihan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, ya hanya itu.. Weleh-welek kok jadi gak karu-karuan penafsirannya.

Mauku sih ungkapan marahku itu tak buat sepuitis mungkin, biar yang individual itu menjadi universal kayak Chairil Anwar ketika marah dan berbeda pendapat dengan ayahnya.. lalu muncullah puisi AKU. Ternyata butuh waktu berlatih, butuh kepekaan dan kecermatan memilih dan mengolah kata-kata agar sesuatu yang bersifat individual bisa menjadi universal.

Ayo kita berlatih berlatih dan berlatih agar tidak tertatih-tatih untuk mengubah yang biasa menjadi luar biasa.. mengubah yang individual menjadi universal.