Rabu, 24 September 2008

Isteri Puisi Darmanto Jatman

Halo-halo, ni puisi yang tak janjikan kemarin, dibaca ya..

Isteri Puisi Darmanto Jatman

isteri mesti digemateni

Ia sumber berkah dan rezeki

(Towikromo, Tambran, Pundong, Bantul)

Isteri sangat penting untuk kita

Menyapu pekarangan

Memasak di dapur

Mencuci di sumur

mengirim rantang di sawah

dan mengeroki kita kalau kita masuk angin

Ya. Isteri sangat penting untuk kita

Ia sisihan kita

kalau kita pergi ke kandang

Ia tetimbangan kita

kalau kita menjual palawija

Ia teman belakang kita

kalau kita lapar dan mau makan

Ia sigaraning nyawa kita

kalau kita

Ia sakti kita!

Ah. Lihatlah. Ia menjadi sama penting dengan

kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa

Ia kita cangkul malam hari dan tak pernah mengeluh walau capek.

Ia selalu rapi menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa syukur,

tahu terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai laki-laki.

Ia selalu memelihara anak-anak kita dengan bersungguh-sungguh

seperti kita memelihara ayam, itik, kambing atau jagung.

Ah. Ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika kita mulai melupakannya:

Seperti lidah ia di mulut kita

tak terasa

Seperti jantung ia di dada kita

tak teraba

Ya.ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika mulai melupakannya

Jadi, waspadalah!

Tetap, madep, manteb

Gemati, nastiti, ngati-ati

Supaya kita mandiri, perkasa, dan pintar ngatur hidup

Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel, atau lurah

Seperti Subadra bagi Arjuna

makin jelita ia dia antara maru-marunya:

Seperti Arimbi bagi Bima

Jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang bayi Tetuka;

Seperti Sawitri bagi Setyawan

Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka

Ah. Ah. Ah.

Alangkah pentingnya isteri ketika kita melupakannya

Hormatilah isterimu

Seperti kau menghormati Dewi Sri

Sumber hidupmu

Makanlah

Karena demikianlah suratannya

2 komentar:

Unknown mengatakan...

menjadi isteri juga tidak mudah kan? isteri yang bagaimana dulu yang bisa digemateni oleh para suami?
baca quran & hadis..

ajeng prihatini mengatakan...

wah bu din.
keren deh puisi nya.
hehe.
bangga rasa nya punya guru kaya bu din.
hehe